Pentingnya Motivasi dan Penerapannya Dalam Organisasi


PENTINGNYA MOTIVASI DAN PENERAPANNYA DALAM ORGANISASI
Description: D:\TUGAS\UNPAK\fakultas ekonomi.jpg
Disusun Oleh :
Shopia Noor Shiami Rachman     021115171
Yulistia Rahmadhanti                   021115173
Karina Trinanda Lestari               021115196
Siti Khoerunnia                            021115201
Lusiati                                          021115287
Anny Dwi Hartati                        021115290
Ela Nurlaela                                 021115520
Ajeng Sri Wahyuni                      021115521


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2017

KATA PENGANTAR
          Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkat, dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan paper yang berjudul “PENTINGNYA MOTIVASI DAN PENERAPANNYA DALAM ORGANISASI” sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi nilai mata kuliah Perilaku Organisasi di Universitas Pakuan.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan bimbingannya. Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur, penulis mengucapkan mohon maaf jika karya makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak halangan dan rintangan dalam menyelesaikan paper ini, dengan demikian tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan dan kesalahan, karena segala kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Bogor    Mei, 2017


Penyusun








DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.............................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang ................................................................ 1
1.2   Rumusan Masalah ............................................................1
1.3   Tujuan Penulisan...............................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Motivasi...........................................................3
2.2 Pengertian Motivasi dalam Organisasi.............................. 3
2.3 Proses Timbulnya Motivasi dalam Organisasi ..................4
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi .................... 5
2.5 Penerapan Motivasi Berdasarkan Model pekerjaan .......... 5
2.6 Cara Menghindari Penurunan Motivasi dalam Bekerja......7
2.7 Program Pelibatan Karyawan.............................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................... 20
3.2 Saran ...................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari kehidupan berorganisasi karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung hidup dan terlibat di dalam anggota kemasyarakatan.  Organisasi di dalam kehidupan tampak begitu beragam baik di dalam kehidupan kehidupan rumah tangga hingga tingkat organisasi yang lebih kompleks yaitu organisasi di dalam dunia kerja.
Organisasi merupakan sekelompok orang yang melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.  Dalam arti dinamis menyoroti unsur manusia yang ada di dalamnya.  Manusia merupakan unsur terpenting dari seluruh unsur organisasi, karena hanya manusia yang memiliki sifat kedinamisan.  Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan organisasi dengan baik, maka diperlukan sumber daya untuk mencapainya. Sumber daya merupakan energi, tenaga dan kekuatan yang diperlukan untuk menciptakan aktivitas ataupun kegiatan.  Sumber daya itu antara lain sumber daya alam, sumber daya finansial, sumber daya ilmu dan teknologi, serta sumber daya manusia.  Diantara sumber daya tersebut, sumber daya terpenting ialah sumber daya manusia (Wirawan, 2009).  Sumber daya manusia dianggap penting karena dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi, serta merupakan pengeluaran pokok organisasi dalam menjalankan kegiatannya (Simamora, 2006).
Sumber daya manusia merupakan orang-orang yang bekerja di dalam suatu organisasi sudah seharusnya mendapat perhatian supaya perjalanan organisasi tersebut sesuai yang diharapkan.  Perhatian yang dimaksud dalam hal ini adalah motivasi.  Motivasi memiliki peran penting dalam membangun kinerja seseorang lebih maksimal.  Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas mengenai pentingnya motivasi serta penerapannya di dalam organisasi, dan alasan inilah yang menjadi dasar pemikiran saya dalam penyelesaian makalah ini. Unsur motivasi di dalam organisasi memang sangat diperlukan guna mendapatkan hasil pekerjaan yang memuaskan dan efisien.
1.2     Rumusan Masalah
Motivasi memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja seseorang di dalam organisasi.   Motivasi setiap individu di dalam organisasi berbeda-beda dikarenakan berbagai faktor-faktor tertentu.  Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja individu  dalam memajukan organisasi dimana tempatnya bekerja.  Oleh karena itu, berkaitan dengan permasalahan di atas maka rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini antara lain;
1.         Apa pengertian motivasi menurut para ahli?
2.         Seberapa penting motivasi dalam organisasi?
3.         Bagaimana proses timbulnya motivasi dalam organisasi?
4.         Bagaimana penerapan dari motivasi berdasarkan model pekerjaan dalam 5 dimensi yang dikemukakan oleh J. Richard Hackman dan Greg Oldham ?
1.3     Tujuan Penulisan
Sesuai dengan latar belakang diatas, pada umumnya makalah ini bertujuan untuk mencari solusi dan pilihan-pilihan lain yang dapat diterapkan langsung  untuk dapat memotivasi karyawan-karyawan di organisasi tersebut. Yang mana tujuan akhir nantinya adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja pada karyawan.














BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Pengertian Motivasi
Motivasi adalah keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis (Siagian, 1994:128).  Menurut George R. Terry, motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya melakukan tindakan.Selanjutnya menurut Greenberg dan Baron (1993:114) adalah suatu proses yang mendorong, mengarahkan dan memelihara perilaku manusia kearah pencapaian tujuan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu proses seorang individu dalam berperilaku sedemikian rupa sehingga mau bekerja atau bertindak demi tercapainya tujuan organisasi.
2.2     Pentingnya Motivasi dalam Organisasi
Motivasi organisasi adalah suatu keahlian , dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, manusia akan termotivasi oleh kebutuhan yang dimilikinya. Pendapat ini sejalan dengan Robin yang mengemukakan bahwa motivasi organisasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang di kondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual.
Motivasi ini dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri. Terkait dengan motivasi organisasi lima fungsi utama manajemen adalah planning, organizing, staffing, leading, dan controlling, Pada pelaksanaanya, setelah rencana dibuat, organisasi dibentuk, dan disusun personalianya , langkah berikutnya adalah menugaskan atau mengarahkan anggota menuju ke arah tujuan yang telah di tentukan . Fungsi pengarahan ini secara sederhana membuat anggota melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.
Memotivasi organisasi merupakan kegiatan kepemimpinan yang termasuk di dalam fungsi ini. Kemampuan ketua organisasi untuk memotivasi anggotanya akan sangat menentukan efektifitas ketua. Ketua harus dapat memotivasi para anggotanya agar pelaksanaan kegiatan dan kepuasan kerja mereka meningkat. Jika ketua membiarkan anggotanya berjalan tanpa motivasi, maka bisa di pastikan kinerja organisasi yang memburuk , menemukan kegagalan program kerja bahkan terancam bubar.Menurut Atkinson, suatu organisme (dalam diri manusia dan hewan) yang dimotvasi akan terjuan ke dalam suatu aktivitas secara lebih giat dan lebih efisien daripada yang tidak di motivasi.
Motivasi organisasi sebisa mungkin memahami masalah anggotanya, sehingga bisa memecahkan masalah secara formal maupun informal . Baik secara organisatoris maupun pendekatan secara personal. Sebagai pimpinan organisasi , sebisa mungkin memahami masalah anggotanya sehingga bisa memecahkan masalah secara bersama. Peran evaluasi sangat penting dalam hal ini. Sehingga tidak ada anggota yang merasa terpaksa menjalankan roda organisasi. Apalagi jika organisasi bersifat sukarela, alias tidak ada upah kerja untuk anggotanya.

2.3     Proses Timbulnya Motivasi dalam Organisasi
1.         Prosesmotivasi terdiri beberapa tahapan proses (Indriyo Gitosudarmo, 1997) sebagai berikut:
2.         Apabila dalam diri manusia itu timbul suatu kebutuhan tertentu dan kebutuhan tersebut belum terpenuhi maka akan menyebabkan lahirnya dorongan untuk berusaha melakukan kegiatan.
3.         Apabila kebutuhan belum terpenuhi maka seseorang kemudian akan mencari jalan bagaimana caranya untuk memenuhi keinginannya
4.         Untuk mencapai tujuan prestasi yang diharapkan maka seseorang harus didukung oleh kemampuan, keterampilan maupun pengalaman dalam memenuhi segala kebutuhannya.
5.         Melakukan evaluasi prestasi secara formal tentang keberhasilan dalam mencapai tujuan yang dilakukan secara bertahap.
6.         Seseorang akan bekerja lebih baik apabila mereka merasa bahwa apa yang mereka lakukan dihargai dan diberikan suatu imbalan atau ganjaran
7.         Dari gaji atau imbalan yang diterima kemudian seseorang tersebut dapat mempertimbangkan seberapa besar kebutuhan yang bisa terpenuhi dari gaji atau imbalan yang mereka terima.




2.4     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor.  Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas faktor intern dan ekstern yang berasal dari karyawan.
1.        Faktor Internal
Faktor Intern yang dapat mempengaruhi pemberian motivasi pada seseorang antara lain:
a.          Keinginan untuk dapat hidup;
b.         Keinginan untuk dapat memiliki;
c.          Keinginan untuk memperoleh penghargaan;
d.         Keinginan untuk memperoleh pengakuan;
e.          Keinginan untuk berkuasa.
2.        Faktor Eksternal
Faktor ekstern juga tidak kalah peranannya dalam melemahkan motivasi kerja seseorang.  Faktor-faktor ekstern itu adalah:
a.         Kondisi lingkungan kerja;
b.         Kompensasi yang memadai;
c.         Supervise yang baik;
d.        Adanya jaminan pekerjaan;
e.         Status dan tanggung jawab;
f.          Peraturan yang fleksibel.
2.5 Penerapan Motivasi Berdasarkan Model Pekerjaan
The Job Characteristics Model
Model ini dikemukakan oleh J.Richard Hackman dan Greg Oldham, model ini dapat mendeskripsikan pekerjaan dalam 5 dimensi, yaitu :
1.         Skill Variety (Memiliki Berbagai Keterampilan)
Dimensi ini menentukan apakah pekerjaan sesuai dengan seberapa banyak jenis aktivitas, skill atau talenta yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Seorang pemilik bengkel harus bisa memperbaiki mobil, mengecet ulang mobil dan membangun kembali mesin yang sudah rusak. Orang yang bekerja sebagai tukang cet, hanya perlu memahami cara mengecat yang baik. Tukang cet akan memiliki skor yang lebih rendah dalam dimensi ini.

2.         Task Identity (Identitas Tugas)
Task Identity adalah  dimana suatu pekerjaan memerlukan kelengkapan dari hasil pekerjaan tersebut. Seorang tukang kayu yang harus membuat perabotan, harus memilih kayu sendiri, membuat perabotan, mengecet ulang perabot dan menyempurnakan perabot tersebut akan memiliki skor yang tinggi dalam dimensi ini.
3.         Task Significance (Tugas Penting)
Task Significance adalah  dimana suatu pekerjaan memiliki efek terhadap kehidupan atau pekerjaan orang lain. Seorang perawat akan memiliki skor yang tinggi dalam dimensi ini.
4.         Autonomy (Otonomi)
Autonomy adalah  dimana suatu pekerjaan memperbolehkan pegawainya bertindak lebih “bebas”. Pekerja dapat menyelesaikan tugasnya dengan cara masing-masing tanpa ada arahan dari pemimpin. Seorang salesman yang diperbolehkan mengatur jadwal kerjanya sendiri dan menggunakan metode yang menurut dia merupakan metode yang paling bagus akan memiliki skor tinggi dalam dimensi ini dibandingkan salesman yang diharuskan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang sudah terstandarisasi.
5.         Feedback (Tanggapan)
Feedback adalah  dimana suatu pekerjaan yang dilakukan akan menghasilkan feedback mengenai performa kerjanya. Contoh pekerjaan yang memiliki skor tinggi dalam dimensi ini adalah orang yang memperbaiki gadget, mereka diharapkan dapat memperbaiki gadget yang rusak dan kemudian mengetesnya kembali apakah gadget itu bisa digunakan atau tidak.

Menurut Job Characteristics Model (JCM), dimensi skill variety, task identity dan task significance akan menghasilkan pekerjaan yang lebih berarti dan lebih berharga (valuable). Pekerjaan dengan dimensi autonomy yang tinggi akan memunculkan rasa tanggung jawab terhadap hasil dari pekerjaan tersebut. Apabila suatu pekerjaan yang dimensi feedbacknya tinggi, pekerja akan lebih tahu bagaimana hasil dari performa kerja mereka. JCM menyatakan bahwa individu akan mendapatkan reward internal ketika mereka mempelajari hasil pekerjaan mereka (knowledge of results), merasa tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka (experienced of responsibility) dan merasa bahwa pekerjaan yang dilakukan sangat berharga atau berarti (experienced meaningfulness). Semakin tinggi ketiga faktor psikologis ini, maka tingkat motivasi pekerja juga akan semakin meningkat sehingga performa kerja juga akan semakin meningkat. Tingkat ketidakhadiran atau peluang untuk mengundurkan diri akan semakin menurun.
Kelima dimensi utama ini dapat digabungkan menjadi Motivating Potential Score (MPS). MPS menyatakan bahwa agar dapat meningkatkan motivasi, suatu pekerjaan harus memiliki skor yang tinggi dalam salah satu dari ketiga faktor yang dapat menghasilkan perasaan berharga (experienced meaningfulness) dan memiliki skor yang tinggi dalam dimensi autonomy dan feedback.
2.6 Cara Menghindari Penurunan Motivasi Dalam Bekerja
Pekerjaan yang monoton akan menyebabkan motivasi pekerja semakin menurun. Hal itu tidak baik untuk pekerja dan perusahaan. Untuk mengatasi hal ini, pekerjaan harus segera di desain kembali agar pekerja tidak bosan dan motivasi bekerja akan semakin meningkat. Dalam mendesain kembali suatu pekerjaan dapat dilakukan Rotasi Pekerjaan (Job Rotation) dan Job Enrichment.
1.      Job Rotation (Rotasi Pekerjaan)
Ketika pekerja-pekerja dalam suatu perusahaan mulai merasa bosan terhadap rutinitas pekerjaan, maka rotasi kerja sangat berguna dalam mengatasi masalah tersebut. Rotasi kerja adalah suatu pertukaran jenis pekerjaan seorang pekerja dalam periode waktu tertentu. Job rotation tidak boleh dilakukan secara sembarang. Pekerjaan yang ingin ditukar harus berada level yang sama dengan pekerjaan baru.
Kelebihan dari rotasi kerja ini adalah dapat mengurangi kebosanan, meningkatkan motivasi dan membantu pekerja untuk lebih memahami seberapa besar kontribusi mereka terhadap perusahaan tersebut.Namun, rotasi kerja ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu diperlukan biaya training yang cukup besar, mengurangi produktivitas pekerja dan dapat menimbulkan kekacauan ketika seorang pekerja harus beradaptasi pada pekerjaan barunya.
2.      Job Enrichment (Pengayaan Pekerjaan)
Ketika strategi Job Enrichment digunakan, karyawan akan diberikan wewenang yang lebih untuk merencanakan suatu pekerjaan, melaksanakan rencana tersebut dan mengevaluasi kembali hasil pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang ‘diperkaya’ (enriched) akan meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab karyawan. Pengevalusian hasil kerja juga akan menjadi feedback untuk karyawan mengenai performa kerja mereka.

3.      Alternative Work Arrangements (Pengaturan Kerja Alternatif)
Terdapat pendekatan lain yang dapat digunakan untuk memotivasi karyawan untuk mengubah pengaturan kerja yaitu dengan flextime, job sharing (pembagian kerja), atau telecommuting. Hal ini mungkin sangat berguna bagi pasangan yang dua-duanya bekerja, orang tua tunggal, dan karyawan yang merawat orang sakit atu orang tua.
4.      Flextime
Flextime atau flexible work time, yaitu pengaturan kerja dimana karyawan diharuskan untuk bekerja dalam jumlah jam tertentu dalam satu minggu namun karyawan dapat dengan bebas memilih jam kerja mereka dalam batas-batas tertentu. Misalnya masing-masing hari terdiri dari common core yang biasanya selama 6 jam dengan waktu kerja 8 jam, dengan fleksibilitas pilihan jam masuk dan jam pulangnya. Common core atau intinya mungkin dimulai dari pukul 9:00 A.M. sampai 3:00 P.M., dengan kantor yang sebenarnya misalnya buka dari pukul 6:00 A.M. dan tutup pada pukul 6:00 P.M. Semua karyawan diharuskan berada di kantor selama waktu comon core, namun karyawan dapat mengakumulasikan 2 jam lain sebelum, sesudah, atau sebelum dan sesudahnya. Contoh lainnya dapat dilihat dari Exhibit 8-3. Beberapa program flextime biasanya mengizinkan karyawan untuk mengumpulkan jam tambahan kerja dan menggantinya ke hari libur setiap bulannya.

Keuntungan yang didapat dengan dibuatnya sistem flextime ini diantaranya adalah dapat mengurangi absenteeism, meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya lembur, mengurangi permusuhan terhadap manajemen, mengurangi kemacetan lalu lintas di sekitar lokasi kerja, penghapusan keterlambatan, dan meningkatkan otonomi dan tanggung jawab bagi karyawan, dimana dari kesemuanya dapat meningkatkan kepuasan kerja pada karyawan itu sendiri.
Namun flextime ini juga memiliki kekurangan yaitu flextime ini tidak dapat diaplikasikan untuk setiap jenis pekerjaan atau setiap pekerja. Flextime bekerja dengan sangat baik untuk tugas-tugas administrasi yang interaksi karyawan dengan orang di luar departementnya terbatas. Namun flextime bukanlah pilihan yang cocok untuk pekerjaan seperti resepsionis, tenaga penjualan di toko-toko ritel, atau orang-orang yang pekerjaannya merupakan jasa layanan yang mengharuskan mereka berada di tempat mereka pada waktu yang telah ditentukan. Karyawan yang memiliki keinginan kuat untuk memisahkan pekerjaan dan kehidupan keluarga juga kurang cocok dengan diterapkannya flextime. Jadi, secara keseluruhan pengusaha perlu mempertimbangkan kelayakan baik pekerjaan dan para pekerja sebelum menerapkan jadwal flextime.

5.      Job Sharing (Pembagian Kerja)
Job sharing atau pembagian kerja mengizinkan dua atau lebih individual untuk membagi pekerjaan 40 jam per minggu tersebut. Satu orang bisa melakukan pekerjaan dari pukul 8:00 A.M. sampai siang dan yang lainnya dari pukul 1:00 P.M. sampai 5:00 P.M., atau keduanya bisa bekerja hari penuh tapi bergantian.
Sekitar 19% organisasi-organisasi besar sekarang sudah menawarkan pembagian kerja ini. Namun pembagian kerja dini banyak juga tidak diadopsi karena cenderung sulit untuk mencari mitra yang kompatibel untuk berbagi pekerjaan dan karena adanya persepsi historis negatif individu yang tidak sepenuhnya berkomitmen untuk pekerjaan dan atasan mereka.
Pembagian kerja memungkinkan organisasi untuk menarik bakat lebih dari satu individu dalam pekerjaan tertentu. Seorang manajer bank yang mengawasi dua job sharers menggambarkannya sebagai peluang untuk mendapatkan dua kepala (ide/bakat) tapi "membayar hanya untuk satu". Job sharing ini juga membuka peluang untuk memperoleh pekerja yang terampil misalnya, perempuan dengan anak-anak dan pensiunan yang mungkin tidak tersedia secara penuh waktu. Banyak juga perusahaan di Jepang semakin mempertimbangkan job sharing ini tapi untuk alasan yang sangat berbeda. Karena eksekutif-eksekutif Jepang sangat enggan untuk memecat orang, pembagian kerja dipandang sebagai sarana kemanusiaan yang berpotensi untuk menghindari PHK karena kelebihan staf.
Dari sudut pandang karyawan, job sharing dapat meningkatkan fleksibilitas dan meningkatkan motivasi dan kepuasan ketika pekerjaan dengan waktu kerja 40 jam per minggunya tidak dapat dilaksanakan. Akan tetapi kekurangan terbesar dari job sharing ini adalah sulitnya untuk menemukan pasangan karyawan yang kompatibel yang dapat berhasil mengkoordinasikan seluk-beluk satu pekerjaan.

6.      Telecommuting
Telecommuting adalah bekerja di rumah setidaknya 2 hari seminggu pada komputer yang terhubung ke kantor employer. (Erat terkait dengan istilah virtual office, yaitu bekerja dari rumah secara relatif permanen.)
Jenis pekerjaan yang bagaimana yang dapat melakukan telecommuting? Terdapat tiga kategori jenis pekerjaan yang dapat melakukan telecommuting yaitu: routine information-handling tasks (tugas-tugas rutin yang bersifat penanganan informasi), mobile activities, dan professional and other knowledge-related tasks. Penulis, pengacara, analis, dan karyawan yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka pada komputer atau telepon seperti telemarketer, perwakilan customer-service, agen pemesanan, dan product-support specialist dapat menerapkan telecommuting ini dalam melakukan pekerjaannya. Sebagai telecommuters, mereka dapat mengakses informasi pada komputer mereka di rumah dengan mudah seperti di kantor perusahaan.
Kelebihan dari telecommuting ini adalah produktivitas yang lebih tinggi, berkurangnya turnover, meningkatkan semangat, dan mengurangi biaya ruang kantor. Terdapat hubungan positif antara telecommuting dan pengawas penilaian kinerja, tetapi hubungan antara telecommuting dan turunnya niat turnover belum dibuktikan dalam penelitian sampai saat ini. Kelemahan utama pada telecommuting ini adalah kurangnya manajemen pengawasan langsung pada karyawan.

7.      The Social and Physical Context of Work (Konteks Kerja Sosial dan Fisik)
Job characteristic model menunjukkan bahwa kebanyakan karyawan lebih termotivasi dan terpuaskan ketika tugas pekerjaan intrinsik mereka menarik. Namun, memiliki karakteristik tempat kerja yang paling menarik di dunia tidak selalu menimbulkan kepuasan jika Anda merasa terisolasi dari rekan kerja Anda, dan memiliki hubungan sosial yang baik bahkan dapat membuat tugas yang paling membosankan dan berat lebih memuaskan.
Beberapa karakter sosial yang dapat meningkatkan performa kerja termasuk saling ketergantungan, dukungan sosial, dan interaksi dengan orang-orang lain di luar pekerjaan. Interaksi sosial sangat terkait dengan membangun suasana hati yang positif dan memberikan karyawan lebih banyak kesempatan untuk memperjelas peran pekerjaan mereka dan seberapa baik mereka melakukannya. Dukungan sosial memberikan karyawan kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan bantuan dengan pekerjaan mereka. Hubungan sosial yang konstruktif dapat membawa feedback positif bagi karyawan untuk dapat membantu satu sama lain.
Konteks kerja juga cenderung mempengaruhi kepuasan karyawan. Bekerja dengan pekerjaan yang berada di lingkungan yang panas, berisik, dan berbahaya akan kurang memuaskan daripada pekerjaan yang dilakukan dalam lingkungan iklim yang dikendalikan, relatif tenang, dan aman. Tuntutan fisik membuat orang tidak nyaman secara fisik, akan menurunkan kepuasan kerja.
Untuk menilai mengapa seorang karyawan tidak berkinerja pada level terbaiknya, lihatlah apakah lingkungan kerjanya mendukung. Apakah karyawan memiliki alat yang memadai, peralatan, bahan, dan pasokan yang cukup? Apakah karyawan memiliki kondisi kerja yang menguntungkan, rekan kerja yang dapat menolongnya, aturan dan prosedur kerja yang mendukung, informasi yang cukup untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan, dan waktu yang cukup untuk melakukan pekerjaan dengan baik? Jika tidak, maka kinerja akan akan menurun dan begitu juga kepuasan kerjanya.

8.      Employee Involvement (Keterlibatan Karyawan)
Keterlibatan karyawan adalah cara ikut serta karyawan untuk meningkatkan komitmen mereka terhadap keberhasilan organisasi. Logikanya bahwa jika kita terlibat suatu pekerjaan dalam pengambilan keputusan maka akan mempengaruhi dan meningkatkan otonomi serta kontrol atas kehidupan pekerjaan mereka, mereka akan menjadi lebih termotivasi, lebih berkomitmen untuk organisasi, lebih produktif, dan lebih puas dengan pekerjaan mereka.
Program keterlibatan karyawan berbeda antara negara. Sebuah studi dari empat negara, termasuk Amerika Serikat dan India, menegaskan pentingnya memodifikasi praktek untuk mencerminkan kebudayaan nasional. Sementara karyawan AS siap menerima program keterlibatan karyawan, manajer di India yang mencoba untuk memberi kuasa pada karyawan dinilai rendah oleh karyawannya. Reaksi ini konsisten dengan budaya India, yang menerima dan mengharapkan perbedaan dalam otoritas.
2.7 Program Pelibatan Karyawan
1.        Definisi Pelibatan Karyawan
Pelibatan Karyawan adalah suatu proses partisipasi yang menggunakan seluruh kapasitas karyawan dan dirancang untuk mendorong peningkatan komitmen bagi kesuksesan organisasi.
Dengan melibatkan para pekerja dalam keputusan–keputusan yang mengenai mereka dan dengan menignkatkan otonomi dan kendali mereka mengenai kehidupan kerja mereka, para karyawan akan menjadi lebih termotivasi, lebih berkomitmen terhadap organisasi, lebih produktif, dan lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka.
Empat Ragam Perlibatan Karyawan :
A.      Manajemen Partisipasi
Manajemen partisipasi adalah penggunaan pengambilan keputusan gabungan yang artinya suatu proses dimana bawahan berbagi kekuasaan pengambilan keputusan sampai suatu derajat yang bermakna bersama atasan langsungnya.
Manajemen menginginkan berbagi kekuasaan pengambilan keputusan dengan bawahan karena dengan makin rumitnya pekerjaan manajer, sering manajer tidak tahu semua yang dilakukan oleh karyawan mereka dengan partisipasi memungkinkan mereka yang mengetahui paling banyak untuk menyumbang, dan hasilnya dapat merupakan keputusan yang lebih baik.
Kesalingtergantungan dalam tugas-tugas yang sering dilakukan karyawan juga menuntut konsultasi dengan orang-orang dalam department lain dan satuan-satuan kerja. Ini akan meningkatkan komitmen terhadap keputusan secara gabungan.
Selain itu partisipasi meningkatkan komitmen terhadap keputusan. Orang akan lebih kecil kemungkinan untuk meremehkan suatu keputusan pada saat pelaksanaanya, jika mereka telah ikut serta dalam mengambil keputusan tersebut. Akhirnya partisipasi memberikan ganjaran instrinsik untuk karyawan. Partisipasi dapat membuat pekerjaan mereka lebih menarik dan bermakna.
Pekerja-pekerja berpartisipasi dalam pengambilan keputusan organisasi lewat bentuk suatu kelompok kecil dari karyawan wakil. Tujuan partisipasi representatif adalah untuk membagikan ulang kekuasaan dalam suatu organisasi, dengan menempatkan buruh pada kedudukan yang lebih sejajar dengan kepentingan-kepentingan manajemen pemegang saham.
Dua ragam dari partisiapsi representatif adalah dewan kerja dan wakil-wakil dewan. Dewan Kerja (work council)  adalah kelompok-kelompok karyawan yang didominasi atau dipilih yang harus dikonsultasi bila manajemen mengambil keputusan yang melibatkan karyawan. Wakil-wakil dewan (board representatives) adalah suatu ragam partisipasi representatif, karyawan-karyawan deduk dalam dewan direktur perusahaan dan mewakili kepentingan para karyawan perusahaan.
C.  Lingkaran Kualitas (quality circle).
Lingkaran kualitas adalah suatu kelompok kerja dari para karyawan yang bertemu secara teratur untuk membahas masalah-masalah kualitas mereka, menyelidiki sebab-sebab, merekomendasikan penyelesaian, dan mengambil tidakkan korektif.
D.  Rencana Kepemilikan Saham Karyawan (Esops- Employee Stock Ownership Plans).
Rencana tunjangan yang ditegakan perusahaan dalam mana karyawan memperoleh saham sebagai bagian tunjangan mereka.
1.              Menautkan pelibatan karyawan dan toeri – teori Motivasi
Dalam Teori Higiene, program pelibatan karyawan dapat memberikan kepada para karyawan motivasi intrinsik dengan meningkatkan kesempatan untuk tumbuh, tanggung jawab dan pelibatan dalam kerja itu sendiri.
Kesempatan juga dapat membuat dan melaksanakan keputusan dan kemudian menyaksikan berhasilnya keputusan itu, dapat membantu memuaskan kebutuhan seseorang karyawan akan tanggung jawab, prestasi, pengakuan, pertumbuhan dan penghargaan diri yang ditingkatkan. Jadi pelibatan karyawan sesuai [kompitible] dengan teori ERG dan  upaya untuk merangsang kebutuahn dan berprestasi.
2.    Program Pelibatan Karyawan dalam Praktik.
Progam pelibatan karyawan yang menekankan partisipasi telah menjadi normanya. Sementara beberapa manajer melanjutkan penolakannya untuk berbagi kekuasaan pengambilan keputusan, para manajer mendapatkan tekanan untuk melepaskan gaya pengambilan keputusan yang otokratis untuk mengambil peran yang lebih partisipatif, mendukung dan mirip pelatih.
Dengan Lingkaran-lingkaran kualitas, sukses dari lingkaran kualitas jauh dari membanjir. Lingkaran itu populer dalam tahun 1980-an sebagian besar karena mudah dilaksanakan. Dalam tahun 1990-an banyak organisasi melepaskan lingakaran kualitas mereka dengan menggantikan struktur-struktur  berdasarkan tim yang lebih meyeluruh.
Dengan ESOP, ragam yang paling populer dari kepemilikan karyawan. Pada tahun 1974 banyak perusahaan yang ternama dan tidak terlalu terkenal menggunakan ini.

E.  Program Upah Variabel
1.              Definisi program upah variabel
Program upah variabel adalah suatu bagian dari upah seorang karyawan yang didasarkan pada sesuatu ukuran kinerja individual dan/atau organisasional. Rencana upah dasar-potongan, insentif upah, bagi laba, bonus, dan bagi hasil termasuk ragam dari program upah variabel.Upah variabel bukanlah suatu anuitas artinya jumlahnya itu tidak sama tiap tahunnya. Dengan upah variabel, penghasilan berfluktuasi naik turun menurut ukuran kinerja. Fluktuasi dari upah variabel itu yang membuat program ini menarik bagi managemen. Karena itu mengubah sebagian dari biaya tenaga kerja tetap suatu organisasi menjadi suatu biaya variabel, jadi dapat mengurangi pengeluaran ketika kinerja sedang merosot.
Dalam rencana upah dasar potongan, para pekerja diupah dengan jumlah tetap untuk tiap satuan produksi yang diselesaikan. Misalkan seorang pedagang asongan yang memperoleh Rp.500 per barang dagangan yang dijual. Jika pedagang itu menjual 40 maka pedagang itu mendapatkan Rp. 20.000. Jika menjual 80, maka pedagang itu mendapatkan Rp. 80.000. yang artinya makin keras usaha mereka menjual dagangannya, makin banyak barang yang terjual makin banyak pula penghasilan mereka. Bonus dapat dibayar secara eksklusif kepada semua karyawan, misalnya bonus tahunan.
Rencana bagi-laba adalah program seluruh organisasi yang membagikan kompensasi yang didasarkan pada suatu rumus yang telah ditetapkan yang dirancang berdasarkan profitabilitas suatu perusahaan. Dapat  merupakan suatu pembayaran tunai langsung.
Berbagi hasil adalah suatu rencana insentif dimana perbaikan produktivitas kelompok menentukan banyaknya uang total yang dialokasikan.  Program upah variabel ini telah mendapatkan perhatian terbesar akhir-akhir ini, berbagi hasil merupakan rencana insentif kelompok yang didasarkan pada suatu rumus. Dan pembagian dari tabungan produktivitas dapat dipecah-pecah antara perusahaan dan karyawan dalam salah satu dari sejumlah cara, tetapi yang cukup lazim adalah 50:50.
Bagi hasil hampir mirip dengan bagi laba. Dengan menekankan pada perolehan produktivitas, bagi hasil mengganjar perilaku-perilaku khusus yang kurang dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Karyawan dalam suatu rencana bagi hasil dapat menerima ganjaran insentif bahkan bila organisasi ini tidak mendapatkan keuntungan.
Program upah variabel berhasil dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas. Seperti contohnya pada suatu studi Asosiasi Manajemen Amerika  terhadap 83 perusahaan yang menggunakan bagi hasil, menjumpai  bahwa rata-rata keluhan turun sebanyak 83 persen, absensi turun 84 persen dan kecelakaan yang menghabiskan waktu berkurang dengan 69 persen. Cacat upah variabel  dilihat dari perspektif karyawan  yang tidak dapatnya diramalkan. Dengan suatu gaji dasar yang lurus, para karyawan tahu berapa yang akan mereka terima. Mereka akan membuat ramalan yang cukup akurat mengenai berapa yang akan mereka terima tahun depan dan tahun berikutnya dengan menambahkan jasa dan biaya hidup.
2.        Menautkan Program Upah Variabel dan Teori Harapan
Upah variabel paling sesuai dengan ramalan-ramalan teori harapan. Karena secara khusus, individu-individu seharusnya mempersepsikan suatu hubungan yang kuat antara kinerja dan ganjaran yang mereka terima  jika motivasi harus dimaksimalkan. Jika ganjaran dialokasikan sama sekali bukan atas dasar kinerja, misalkan berdasarkan titel pekerjaan maka kemungkinan besar karyawan akan mendapatkan upah yang berkurang yaitu hanya upah pokok saja. Pada dasarnya perusahaan-perusahaan dengan rencana insentif upah mencapai produktivitas 43 sampai 64 persen lebih besar daripada perusahaan tanpa rencana semacam itu.
Insentif-insentif kelompok dan seluruh organisasi memperkuat dan mendorong para karyawan untuk menggantikan tujuan-tujuan pribadi mereka dengan kepentingan yang terbaik untuk perusahaan. Dengan menautkan lganjaran-ganjaran ke kinerja tim, para karyawan didorong untuk melakukan upaya ekstra untuk membantu kesuksesan timnya.
3.        Program Upah Variabel dalam praktik
Upah variabel merupakan suatu konsep yang dengan cepat menggantikan kenaikan biaya hidup tahunan. Satu alasan yang baru saja dikutip adalah daya motivasionalnya tetapi jangan mengabaikan implikasi biayanya. Bonus, bagi hasil, dan program ganjaran berdasar variabel menghindari pengeluaran tetap dari kenaikan gaji yang bersifat permanen.
Upah kinerja sedang digemari  para manajer. Dalam tahun 1989, 44 persen perusahaan mempunyai rencana upah untuk kinerja bagi karyawan selain manajemen senior. Presentase itu telah naik 51 persen menjelang tahun 1991.
Suatu survai tahun 1993 terhadap 382 perusahaan ukuran sedang dan besar menemukan bahwa kira-kira tiga perempat menggunakan upah variabel untuk meningkatkan produktivitas. Survai itu menemukan 14 persen perusahaan Amerika Serikat menggunakan bonus berdasarkan kinerja untuk menggantikan kenaikan gaji tahunan dalam tahun 1993, dan presentase itu naik menjadi 21 persen dalam tahun 1994.
Perusahaan-perusahaan yang belum memasukkan program kompensasi berdasarkan kinerja mereka memikirkan mengenai apa yang seharusnya merupakan penyusun kinerja dan bagaimana itu diukur. Mereka harus mengatasi lekatan historis pada penyesuaian biaya hidup dan keyakinan bahwa mereka mempunyai kewajiban untuk mengusahakan agar upah semua karyawan selangkah dengan inflasi.

F.   Rencana Upah Berdasarkan Ketrampilan
Organisasi mempekerjakan orang untuk ketrampilan mereka, kemudian lazimnya menaruh mereka dalam pekerjaan-pekerjaan dan mengupah mereka berdasarkan peringkat atu gelar pekerjaan.
1.    Definisi rencana upah berdasarkan ketrampilan
Upah berdasarkan ketrampilan merupakan suatu alternatif bagi upah berdasarkan pekerjaan. Bukannya membiarkan jenis pekerjaan seorang individu yang mendefinisikan kategori upahnya, tetapi upah berdasarkan ketrampilan (kadang disebut upah dasar kompetensi) adalah tingkat-tingkat upah didasarkan pada berapa ketrampilan yang dimiliki para karyawan dan berapa pekerjaan yang dapat mereka lakukan.
Daya tarik dari rencana upah berdasarkan ketrampilan:
·           Upah berdasarkan ketrampilan mendorong para karyawan untuk memperoleh kisaran ketrampilan yang lebih lebar.
·           Upah berdasarkan ketrampilan itu mempermudah komunikasi melintasi organisasi karena orang-orang memperoleh suatu pemahaman yang lebih baik mengenai pekerjaan oranng-orang lain.
·           Upah berdasarkan ketrampilan membantu memenuhi kebutuhan karyawan yang ambisius  yang menghadapi kesempatan maju yang minimal, orang-orang ini dapat meningkatkan penghasilan dan pengetahuan mereka tanpa suatu promosi dalam gelar perusahaan.
Akhirnya upah berdasarkan ketrampilan tampaknya menghantar kepada perbaikan kinerja.
Cacat dari upah dasar ketrampilan:
Orang dapat “mencapai puncak” (top out), mempelajari semua ketrampilan yang diminta oleh program itu agar mereka pelajari. Hal ini dapat mengecewakan para karyawan setelah mereka ditantang oleh suatu lingkungan belajar, pertumbuhan, dan kenaikan upah yang terus-terusan, ketrampilan dapat menjadi usang.
2.      Menautkan Rencana Upah Berdasarkan ketrampilan dengan Teori-teori Motivasi
Rencana upah dasar ketrampilan konsisten dengan beberapa teori motivasi. Karena rencana ini mendorong para karyawan untuk mempelajari, memperluas ketrampian mereka, dan tumbuh, rencana ini konsisten dengan teori ERG. Diantaranya karyawan yang kebutuhan order rendahnya dipenuhi dengan cukup banyak, kesempatan untuk mengalami pertumbuhan dapat merupakan motivator.
Mengupah orang-orang untuk memperluas tingkat-tingkat ketrampilan mereka juga konsisten dengan riset mengenai kebutuhan akan prestasi. Peraih prestasi tinggi mempunyai suatu dorongan yang memaksa untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik atau lebih efisien. Dengan mempelajari ketampilan-ketrampilan baru atau memperbaiki ketrampilan yang telah dimiliki, peraih prestasi tinggi akan mendapatkan pekerjaan mereka sebagai lebih menantang.
Upah dasar ketrampilan mendorong para karyawan untuk mengembangkan keluwesan (fleksibelitas) mereka, melanjutkan belajar, melatih silang, menjadi generalis bukannya spesialis, dan bekerjasama dengan orang-orang lain dalam organisasi
Sebagai tambahan, upah dasar ketrampilan mempunyai implikasi keadilan. Bila karyawan melakukan perbandingan masukan-keluaran. Ketrampilan-ketrampilan dapat memberikan suatu kriterium masukan yang lebih adil untuk menetapkan upah daripada faktor-faktor seperti senioritas atau pendidikan.
3.      Upah Berdasarkan Ketrampilan dalam Praktik
ekstra menemukan bahwa 70%-88% melaporkan kepuasan kerja, kualitas produk atau produktivitas yang lebih tinggi. Sekitar 70%-75% menyebut biaya operasi atau keluarnya karyawan yang lebih rendah.
Meningkatnya penggunaan ketrampilan sebagai suatu basis untuk pengupahan Kesimpulan mengenai penyelidikan dan keefektifan upah dasar ketrampilan adalah bahwa upah dasar ketrampialn meluas dan bahwa umumnya mendorong ke kinerja dan kepuasan karyawan yang lebih tinggi.
Suatu survei terhadap 27 perusahaan yang mengupah karyawan karena mempelajari ketrampilan tampaknya terutama kuat diantara operasi yang menghadapi persaingan luar negeri yang agresif dan perusahaan-perusahaan dengan daur umur produk yang lebih pendek dan kepedulian untuk lekas memasarkan.
Upah berdasarkan ketrampilan tampaknya merupakan gagasan yang sudah matang waktunya. Seperti dicatat oleh seorang pakar, “Dengan perlahan, tetapi pasti, kita sedang menjadi suatu masyarakat berdasarkan ketrampilan dimana nilai pasar anda diikat pada apa yang dapat Anda kerjakan dan apa yang ditentukan oleh ketrampilan Anda.”
G.Tunjangan Fleksibel
1.    Definisi Tunjangan Fleksibel
Tunjangan fleksibel adalah tunjangan yang diberikan kepada para karyawan dimana para karyawan tersebut menentukan sendiri program tunjangan mereka untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka dengan memilih dan memungut dari suatu daftar pilihan tunjangan. Dengan adanya tunjangan fleksibel, memungkinkan tiap karyawan untuk memilih suatu paket tunjangan yang secara individual disesuaikan dengan kebutuhan dan situasinya.
Suatu organisasi membuka suatu rekening pengeluaran yang fleksibel untuk tiap karyawan, yang biasanya didasarkan pada suatu persentase dari gajinya, dan kemudian tanda harga dipasang pada tiap tunjangan. Pilihannya mungkin mencakup rencana medis; liputan alat pendengaran, gigi, dan mata; pilihan-pilihan liburan; cacat yang diperluas; aneka ragam tabungan dan rencana pensiun; asuransi jiwa; rencana pembayaran kembali uang kuliah; dan waktu liburan yang diperpanjang. Kemudian para karyawan memilih opsi tunjangan sampai mereka menghabiskan uang dalam rekeningnya.
2.             Menautkan Tunjangan Fleksibel dan Teori Harapan
Konsisten dengan tesis teori harapan bahwa ganjaran organisasional seharusnya ditautkan dengan tujuan-tujuan tiap karyawan individual, tunjangan fleksibel mengindividukan ganjaran-ganjaran dengan memungkinkan tiap karyawan untuk memilih paket kompensasi yang paling baik memenuhi kebutuhan saat ini. Tunjangan fleksibel dapat mengubah program tunjangan homogen yang tradisional menjadi suatu motivator.
3.    Tunjangan Fleksibel dalam Praktik
Bagi para karyawan, keluesan [fleksibilitas] menarik karena mereka dapat menyesuaikan tunjangan mereka dan tingkat peliputan pada kebutuhan mereka sendiri. Kelemahannya, dari sudut pandang karyawan, adalah bahwa biaya tunjangan individual sering meningkat, jadi lebih sedikit tunjangan total dapat dibeli. Misalnya, para karyawan risiko-rendah membuat biaya rencana medis rendah untuk semua orang. Karena mereka diizinkan untuk tidak ikut, populasi risiko-tinggi menghuni segmen yang lebih besar dan biaya tunjangan medis akan meningkat. Sedangkan dari sudut pandang organisasi, kelebihannya adalah bahwa sering tunjangan fleksibel menghasilkan tabungan. Banyak organisasi menggunakan tunjangan fleksibel untuk meningkatkan pemotongan dan premi.









BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa motivasi memberikan peranan penting dalam produktivitas di dalam organisasi dimana individu tersebut bekerja.  Banyak para ahli yang memberikan definisi mengenai motivasi berdasarkan sudut pandangnya, salah satunya adalah Siagian (1994:128) yang mengatakan bahwa motivasi adalah keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. 
Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi baik secara internal maupun eksternal.  Kemudian teori-teori yang mendukung motivasi terbagi dua yaitu teori motivasi kepuasan dan teori motivasi proses.  Motivasi selain berperan dalam meningkatkan produktivitas bagi organisasi, motivasi juga memberikan kontribusi yang besar dalam memberikan masukan yang berarti kepada bawahan berkaitan dengan kinerja yang seharusnya diterapkan di suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta.
3.2     Saran
Setelah mempelajari pembahasan motivasi pada bab sebelumnya, maka ada dua saran yang saya petik dalam makalah ini diantaranya adalah yang pertama bagi pihak atasan dalam suatu organisasi sebaiknya dapat memberikan apa yang seharusnya bawahan dapatkan, baik itu informasi yang akurat, cepat dan tidak bertele-tele sehingga semangat kerja bawahan tetap terjaga.  Kedua, adalah bagi pihak bawahan sebaiknya lebih memaksimalkan tugas pokok dan fungsi kerjanya masing-masing supaya kinerja tersebut bisa mendapatkan predikat memuaskan bagi para atasan. 

Komentar

Posting Komentar